Menjelang ujian, biasanya suasana rumah berubah
sedikit tegang. Anak-anak sibuk karena harus belajar dan menyelesaikan
pekerjaan rumah. Sedangkan orang tua, biasanya juga mulai senewen. Tanpa
terasa, bahasa tubuh orang tua juga berubah. Mata menjadi lebih lebar,
postur tubuh mejadi kaku dan tidak jarang jari telunjuk lebih banyak
bergerak untuk memerintah anak. Kalau sudah seperti ini, sebagai reaksi
dari stimulus orangtua yang tegang seperti ini, tidak aneh kalau
anak-anak pun jadi grogi sendiri. Sudahlah mau ujian, orangtua makin
galak, rumah pun jadi tempat yang kurang menyenangkan.
Mengapa ini terjadi? Psikolog anak, Elly Risman Musa, meminta agar
kita memasuki dunia anak. Menurut Elly, saat ini anak sedang bersiap
menghadapi ujian, apalagi untuk anak-anak yang sibuk menghadapi ujian
nasional. Kalau dia bersekolah di sekolah yang baik atau favorit, tentu
sekolah akan mengeluarkan kebijakan kepada guru-guru, wali kelas, dan
siswa untuk mempertahankan status atau mutu sekolah.
Hal ini dapat berbentuk target-target yang harus dikejar oleh
masing-masing wali kelas, kemudian wali kelas akan berkompetisi agar
kelas yang dipimpinnya masuk ranking tiga besar nilai tertinggi dari
seluruh kelas tiga yang ada di sekolah. Tentu yang menjadi mesinnya
adalah anak-anak. Mereka dipacu dengan pendalaman materi dan dibanjiri
dengan nasihat-nasihat agar rajin belajar.
Bisa dibayangkan bagaimana peningnya kepala anak-anak. Dalam kondisi lelah dan tertekan sampai di rumah orangtua melakukan hal yang sama. ''Jadi, tidak mengherankan bila reaksi anak Ibu jadi ketus dan sering marah-marah,'' papar Elly.
Untuk mengatasinya, lanjut Elly, yang penting adalah perhatian orang tua. ''Cobalah mendengar dan menjangkau perasaan atau emosi apa yang sedang dirasakannya.'' katanya.
Kalau ia kelihatan lesu, atau sedih, ucapkanlah ''Abang kelihatan lelah sekali. Ini minum dulu nanti Mama pijitin''. Anak merasa ibunya memahami betapa hari ini adalah hari yang melelahkan. ''Dengan bahasa tubuh Ibu yang lebih menerima kondisi anak, ia akan merasa nyaman. Hal ini akan memberi asupan energi baru bagi anak sehingga pada malam hari ia akan siap untuk belajar lagi. Selain itu anak juga akan bersedia berbagi kepenatan dan permasalahan yang sedang ia hadapi,'' ujarnya.
Dengan harmonisnya hubungan dan berkurangnya beban emosi, diharapkan anak akan lebih baik dan lebih siap menghadapi ujian.
Bisa dibayangkan bagaimana peningnya kepala anak-anak. Dalam kondisi lelah dan tertekan sampai di rumah orangtua melakukan hal yang sama. ''Jadi, tidak mengherankan bila reaksi anak Ibu jadi ketus dan sering marah-marah,'' papar Elly.
Untuk mengatasinya, lanjut Elly, yang penting adalah perhatian orang tua. ''Cobalah mendengar dan menjangkau perasaan atau emosi apa yang sedang dirasakannya.'' katanya.
Kalau ia kelihatan lesu, atau sedih, ucapkanlah ''Abang kelihatan lelah sekali. Ini minum dulu nanti Mama pijitin''. Anak merasa ibunya memahami betapa hari ini adalah hari yang melelahkan. ''Dengan bahasa tubuh Ibu yang lebih menerima kondisi anak, ia akan merasa nyaman. Hal ini akan memberi asupan energi baru bagi anak sehingga pada malam hari ia akan siap untuk belajar lagi. Selain itu anak juga akan bersedia berbagi kepenatan dan permasalahan yang sedang ia hadapi,'' ujarnya.
Dengan harmonisnya hubungan dan berkurangnya beban emosi, diharapkan anak akan lebih baik dan lebih siap menghadapi ujian.