Kisah ini mengingatkan kembali apa yang pernah dikatakan pemikir
Thomas Merton, filsuf Amerika Serikat … Tuhan bisa melakukan berbagai
perkara penting melalui cara sederhana dan tak terduga.
Sore itu, Kakek merampungkan pekerjaannya membuat lemari kayu yang
esok akan dikirim ke panti asuhan di Kalimantan yang terkena banjir,
bersama dengan berbagai perkakas seperti ranjang, kursi roda,
obat-obatan, selimut sebagai sumbangan dari warga lingkungan kami. Namun
sehari kemudian ia panik kehilangan kacamata. Selidik punya selidik, ia
baru ingat menaruh kacamata tersebut di dalam lemari yang sudah
disumbangkan tersebut. “Duh, Gusti. Saya ‘kan sudah menghabiskan tenaga
dan uang menolong sesama. Kenapa malah jadi begini?” gerutu Kakek,
seolah menyalahkan Tuhan.
Selang dua bulan kemudian, pengasuh panti asuhan korban banjir
tersebut, bertandang ke lingkungan kami untuk menyatakan terima kasih
atas bantuan yang diterimanya. “Secara khusus saya berterima kasih atas
kiriman kacamata. Maklum, banjir bandang itu memporakporandakan rumah
dan seisinya termasuk kacamata saya. Sejak kehilangan kacamata, saya
didera sakit kepala berkepanjangan. Kami sekeluarga terus berdoa agar
diberi rejeki untuk membeli barang itu kembali. Eh, kebetulan ada yang
mengirimkan. Sungguh! Begitu saya pakai, pas dan cocok benar. Sepertinya
ini khusus dibikin untuk saya. Terima kasih Tuhan. Doa kami terjawab,”
ujarnya terbata-bata.
Tentu saja teman-teman bingung, lantaran tidak ada yang menyumbangkan
kacamata. Namun Kakek yang duduk di pojok tak kuasa menahan isak.
Terbersit penyesalan, mengapa dulu menyalahkan Tuhan. “Mungkin ketika
Tuhan mengunjungiku minta kacamata itu, aku tidak berada di rumah,” kata
Kakek dalam hati. Namun ia bersyukur, Tuhan memakainya untuk
membahagiakan orang lain dengan cara tak terduga indah.