Menurut mereka banyak Hadits dan ayat al-Qur`an bertentangan dengan nilai-nilai kesetaraan gender. Benarkah demikian?
Kaum feminis terus mengkampanyekan bahwa Islam adalah agama yang
merendahkan perempuan. Menurut mereka, Islam tak ubahnya sebuah ajaran
yang mengusung budaya patriarki yang terlalu mengunggulkan lelaki dan
memandang rendah perempuan.
Pendapat ini mereka sandarkan pada beberapa Hadits Nabi yang menurut
mereka bertentangan dengan nilai-nilai kesetaraan jender. Salah satu
Hadits yang menjadi sorotan mereka adalah tentang mayoritas penghuni
neraka adalah perempuan.
Menurut mereka, Hadits ini jelas mendiskreditkan dan melecehkan kaum perempuan.
Tentu saja pandangan seperti ini perlu diluruskan. Sebab faktanya, al-Qur`an tidak memiliki pandangan yang negatif seperti itu. Karena itu sangat mustahil jika Nabi menentang prinsip ajaran al-Qur`an tersebut.
Tentu saja pandangan seperti ini perlu diluruskan. Sebab faktanya, al-Qur`an tidak memiliki pandangan yang negatif seperti itu. Karena itu sangat mustahil jika Nabi menentang prinsip ajaran al-Qur`an tersebut.
Dalam hal ini, kesalahan terbesar kaum feminis adalah tidak memahami
Hadits dalam bingkai pemahaman al-Qur`an. Mereka juga tidak memahami
Hadits secara utuh. Dalam pengertian, pemahamannya tidak mencakup latar
belakang, kronologis, persinggungan, dan tujuan utamanya.
Berkaitan dengan Hadits tersebut, para ulama telah menjelaskan bahwa
sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam itu mengisyaratkan adanya
jenis kekufuran lain yang berbeda dari kufur kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, yaitu kekufuran yang dilakukan oleh seorang istri kepada suami.
Ini sesuai dengan sabda Rasulullah bahwa seandainya manusia boleh sujud
kepada manusia lain, maka beliau akan memerintahkan seorang istri sujud
kepada suaminya.
Islam memerintahkan seorang istri untuk memenuhi hak suaminya setelah
hak Allah. Kalau seorang istri mengabaikan hak seorang suami, padahal
suaminya sudah memenuhi haknya, berarti ini merupakan pertanda bahwa
istri mengabaikan hak Allah. Istri seperti ini oleh Rasulullah dinilai
“kufur”, meskipun kufurnya tidak sampai keluar dari Islam.
Dalam konteks rumah tangga, Islam telah mengatur bahwa suami harus
menjadi pemimpin bagi istrinya. Kepemimpinan dalam Islam tidak berarti
subordinasi dan dominasi seperti sering dipahami kaum feminis.
Kepemimpinan dalam Islam identik dengan keadilan. Tanpa keadilan,
kepatuhan kepada pemimpin tidak berlaku. Tetapi jika pemimpin memang
adil adanya, siapapun wajib untuk mematuhinya.
Hadits yang menjelaskan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah
wanita merupakan peringatan dini bagi kaum Hawa yang secara umum mudah
terlena dengan dunia dan sangat emosional. Namun demikian bukan berarti
wanita direndahkan oleh Islam.
Hadits di atas juga menekankan pada sifat yang menjadi penyebab masuk
neraka. Karena itu yang harus diperhatikan adalah sifatnya itu sendiri,
bukan jendernya (jenis kelamin). Ini diperkuat oleh riwayat lain yang
menitikberatkan pada sifat wanita yang menjadi penyebab masuk nerakanya,
bukan jendernya.
Berkaitan dengan Hadits tersebut, Ibn Hajar menyatakan, tidak mesti
ketika disebutkan bahwa wanita penghuni neraka paling banyak, itu
berarti wanita menjadi paling sedikit di surga. Sebab mungkin
kedua-duanya: wanita paling banyak di neraka, juga paling banyak di
surga. Atau mungkin yang dimaksud Hadits bahwa wanita menjadi penghuni
neraka paling banyak, itu terjadi sebelum syafa’at. Sesudah syafa’at,
dan mereka yang sebatas kufur kepada suami, dipindahkan ke dalam surga,
maka jadilah penghuni surga pun kebanyakannya adalah wanita.
Banyak Mendapat Keistimewaan
Pandangan kaum feminis yang dangkal itu tidak lepas dari keyakinan
mereka yang lemah terhadap taqdir Allah. Beberapa ayat al-Qur`an maupun
Hadits Rasulullah yang tidak sesuai dengan konsep mereka, dianggap
melecehkan kaum wanita.
Misalnya mereka menganggap haid yang rutin terjadi pada kaum Hawa
dinilai sebagai sebuah penindasan Tuhan kepada wanita. Pandangan
seperti itu berbeda dengan apa yang dipahami oleh wanita yang beriman.
Peristiwa itu justru merupakan anugerah, sebab dengan hal itu wanita
tiga kali lebih tinggi derajatnya daripada kaum pria.
Selain itu ada beberapa hal yang menjadi anugerah dan keistimewaan
yang Allah berikan kepada kaum wanita. Keistimewaan tersebut antara
lain:
- Islam melihat seorang wanita ibarat benda yang berharga dan mahal.
Karena itulah ia harus dijaga dan dibelai serta disimpan di tempat yang
teraman dan terbaik. Salah satu caranya yaitu mewajibkan kaum wanita
memakai jilbab.
- Wanita memang diperintahkan taat kepada suami, tetapi seorang lelaki
wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya.
- Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi harta
tersebut menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada
suaminya. Sementara apabila lelaki menerima warisan, ia wajib juga
menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anak.
- Wanita memang bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi
setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh
makhluk Allah di muka bumi ini. Dan jika mati karena melahirkan, ia
termasuk syahid dan surga menantinya.
- Seorang wanita boleh memasuki surga melalui pintu surga yang mana
saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu shalat 5 waktu,
puasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga
kehormatannya.
- Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara wanita cukup taat kepada suaminya, dan menunaikan tanggungjawabnya kepada Allah, maka ia turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
Hal inilah yang tidak dipahami oleh kaum feminis yang memang tidak
mengakui taqdir Allah. Sedang kaum Muslimin meyakini bahwa sebagai dzat
yang Maha Pencipta, sudah pasti Ia yang Maha Tahu akan manusia, sehingga
segala ketentuannya adalah yang terbaik bagi manusia.
Allah mengetahui hakikat kaum Hawa, sehingga ditempatkan pada posisi
yang layak demi kepentingan dan kebahagiaan mereka di dunia maupun di
akhirat. Sesungguhnya surga bagi wanita lebih mudah untuk dicapai
daripada kaum pria. Seperti dialog yang terjadi antara Asma’ binti Sakan
dengan Rasulullah.
Asma’ berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah Engkau diutus oleh Allah
untuk kaum pria dan juga wanita. Mengapa sejumlah syariat lebih berpihak
kepada kaum pria? Mereka diwajibkan jihad, kami tidak. Malah, kami
mengurus harta dan anak mereka di kala mereka sedang berjihad. Mereka
diwajibkan melaksanakan shalat Jumat, kami tidak. Mereka diperintahkan
mengantar jenazah, sedangkan kami tidak.”
Rasulullah tertegun atas pertanyaan wanita ini sambil berkata kepada
para sahabatnya, “Perhatikan! Betapa bagusnya pertanyaan wanita ini.”
Beliau melanjutkan, “Wahai Asma’! sampaikan jawaban kami kepada seluruh
wanita di belakangmu, yaitu apabila kalian bertanggung jawab dalam
berumah tangga dan taat kepada suami, kalian dapatkan semua pahala kaum
pria itu.” (Riwayat Ibnu Abdil Bar).
Semoga kaum Muslimah tetap teguh memegang prinsip Islam. Amin.* Aba Faiz/Suara Hidayatullah